Senin, 30 April 2012

strategi pembangunan indonesia


Strategi pembangunan ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan pemilihan atas faktor-faktor (variabel) yang akan dijadikan faktor/variabel utama yang menjadi penentu jalannya proses pertumbuhan (Suroso,1993).
Faktor Utama Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi :
·         Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.
·         Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
·         Kemajuan teknologi.

1.      Akumulasi Modal
Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku dalam rangka meningkatkan stok modal (capital stock) secara fisik memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa-masa mendatang.
Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi “infrastruktur” ekonomi dan sosial. Contoh: pembangunan jalan-jalan raya, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi, peningkatan kualitas SDM, dsb, yang kesemuanya itu mutlak dibutuhkan dalam rangka menunjang dan mengintegrasikan segenap aktivitas ekonomi produktif.
Contoh investasi yang dilakukan oleh seorang petani sayuran berupa pembelian sebuah traktor baru pasti dapat meningkatkan produksi sayurannya. Tetapi tanpa fasilitas transportasi (jalan dan/atau kendaraan) yang memadai guna mengangkut tambahan produksi tersebut ke pasaran, maka investasi sang petani tersebut tidak akan banyak menambah produksi pangan nasional
2.      Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar.
Positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan itu dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

3.      Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi terbagi diantaranya menjadi 5 macam, yaitu :
a) Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress)
b) Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving technological progress)
c) Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological progress)
d) Kemajuan teknologi yang meningkatkan pekerja (labor-augmenting technological progress)
STATEGI PENDEKATAN KEBUTUHAN POKOK
Sasaran dari strategi ini adalah menanggulangi kemiskinan secara massal. Strategi ini selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Indonesia Sedunia (ILO) pada tahun 1975, dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada pengganguran. Oleh karena itu sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok, dan sejenisnya.
Melalui peningkatan laju pertumbuhan itu orang percaya bahwa prinsip trickle down effect akan bekerja dengan baik sehingga tujuan pembangunan secara keseluruhan dapat dicapai. Namun karena tidaak bekerjanya trickle down effect, pemerataan pembangunan menjadi pincang, penganguran yang cukup besar khususnya di sektor tradisional.
Faktor yang mempengaruhi diberlakukannya strategi Pembangunan yang berorientasi pada penghapusan kemiskinan-kemiskinan pada dasarnya dilandasi keinginan, berdasarkan norma tertentu, bahwa kemiskinan harus secepat mungkin dibatasi. Sementara itu strategi-strategi pembangunan yang lain ternyata sangat sulit mempengaruhi atau memberikan manfaat secara langsung kepada golongan miskin ini.
Strategi pembangunan, seperti telah diuraikan, ternyata malah menimbulkan ketidakmerataan, ketimpangan antar daerah, dll. Kebijaksanaan penanaman modal yang cenderung hanya diarahkan kelokasi tertentu. Biasanya modal yang ditanamkan tersebut bersifat padat modal dan outputnya berorientasi ke pasar Internasional dan atau kelompok menengah ke atas di dalam negeri.
Dalam kebijaksanaan ini ternyata bekerjanya prinsip spread effect( bandingkan dengan prisip trickle down effect) lebih lemah dibandingkan dengan bekerjanya back-wash effect (Proses mengalirnya dana sumber daya dari daerah terbelakang (desa) ke daerah maju (kota) ), sehingga strategi penanaman modal itu mengakibatkan makin miskinnya daerah terbelakang, khususnya pemiskinan sumber dayanya.
Selain karena kebijaksanaan penanaman modal, ketimpangan antar daerah juga disebabkan karena potensi daerah yang berbeda-beda. Di daerah Kalimantan misalnya, potensi hutannya besar sekali dan itu tidak dimiliki Pulau Jawa. Riau memiliki sumber minyak bumi dan tidak dimiliki NTT. Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi diberlakukannya strategi pembangunan yang berorientasi pada pemerataan antar daerah adalah potensi anyar daerah yang berbeda, kebijaksanaan penanaman modal yang berat sebelah (urban bias: penanaman modal hanya di sektor yang sangat menguntungkan, biasanya di daerah perkotaan), dan karena adanya ketimpangan antar daerah.
Banloche  Pundation  di  Argantina  memperkenalkan  pendekatan  “kebutuhan  pokok” sebagai  salah  satu  alternative  pelaksanaaan  pembangunan.  Pendekatan  inI tumbuh karena  kebutuhan  akan  adanya  teori  pembangunan  yang  baru  yang  dapat  digunakan untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kesenjaan social pada Negara-negara dunia ketiga.  Dalam  pendekatan  ini  terdapat  proporsi  bahwa”  kebutuhan  pokok  tidak mungkin  dapat  dipenuhi  jika  mereka  masih  berada  dibawah  garis  kemiskinan  serta tidak  mempunyai  pekerjaan  untuk  mendapatkan  pendapatan  yang  lebih  baik”oleh karena itu, ada tiga sasaran berikut yang coba dikembangkan secara bersamaan.
a.  Membuka lapangan pekerjaan
b.  Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan 
c.  Memenuhi kebutuhan pokok masyarakat  
Setelah itu  konsep pendekatan  kebutuhan pokok  diperluas dengan  memasukan beberapa  unsure  kebutuhan  pokok  yang  bersifat  nonmaterial,  yang  bila  digabungkan  akan  bisa digunakan  sebagai  tolak  ukur  guna  melihat  kualitas  kehidupan  (quality  of  life)  dari kelompok  yang  berbeda  dari  bawah  garis  kemiskinan.  Sementara  itu,  sujadmiko menyarankan bahwa pendekatan ini harus diterapkan secara konfrehensif dan melibatkan masyarakat  di  pedesaan  dan  sector  informal  dengan  mengembangkan  potensi, kepercayaan  dan  kemampuan  masyarakat  itu  sendiri  untuk  mengorganisir  diri  serta membangun  sesuai  dengan  tujuan  yang  dikehendaki.  Hal  yang  menarik  dari  pendekatan ini  adalah  perhatiannya  terhadap  masyarakat  yang  berada  dibawah  kemiskinan  dan penghargaan terhadap gerakan mereka yang ada di bawah.
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pembangunan ekonomi adalah tujuan yang khendak dicapai. Apabila yang ingin dicapai adalah tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka faktor yang mempengaruhi digunakannya strategi tersebut adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, akumilasi kapital rendah, tingkat pendapatan pada kapital yang rendah, struktur ekonomi yang berat ke sektor tradisional yang juga kurang berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar