Senin, 30 April 2012

arti pengangguran dan inflasi serta ketrkaitannya

A. Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga – harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Kenaikan harga – harga tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, biasanya dalam kurun waktu satu tahun. Jadi apabila ada kenaikan harga – harga dalam perekonomian yang terjadi hanya dengan kurun waktu tertentu saja, misalnya kenaikan ongkos bus mahasiswa unsri yang semulanya 5000 rupiah menjadi 7000 rupiah pada saat kehabisan bus di kampus, atau ada faktor lain, ini dianggap bukan inflasi melainkan sesuatu yang lumrah terjadi.
Inflasi pada dasarnya merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah karena inflasi dapat menimbulkan akibat yang buruk pada kondisi ekonomi maupun sosial. Pada kondisi sosial inflasi dapat menyebabkan kemakmuran sebagian golongan masyarakat menjadi menurun. Menurunnya kemakmuran ini karena harga yang meningkat lebih cepat dibandingkan upah atau income (pendapatan) yang diterima oleh masyarakat tersebut. Kemudian, kebutuhan yang biasanya dapat terpenuhi bisa menjadi harus dikurangi karena keterbatasan kemampuan untuk merealisasikannya. Sedangkan pada kondisi ekonomi, inflasi dapat menyebabkan prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan karena inflasi yang tidak dapat dikendalikan cenderung menurunkan investasi yang produktif, mengurangi ekspor, dan meningkatkan impor. Sehingga kecenderungan ini dapat memperlambat prospek pembangunan ekonomi jangka panjang.
a.         Jenis – Jenis Inflasi
1)  Berdasarkan sumber atau penyebab kenaikan harga – harga yang berlaku, inflasi dibedakan menjadi tiga bentuk :
a)    Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi tarikan permintaan biasanya terjadi pada masa perekonomian yang berkembang dengan pesat. Pada masa perekonomian yang berkembang dengan pesat akan menimbulkan kebutuhan tenaga kerja yang tinggi. Kebutuhan tenaga kerja yang tinggi akan menciptakan pendapatan masyarakat menjadi meningkat. Pendapatan masyarakat yang meningkat menyebabkan pengeluaran agregat juga semakin meningkat. Meningkatnya pengeluaran agregat ini, tidak sebanding dengan keluaran output barang dan jasa sebagai alokasinya. Sehingga produsen menaikkan harga secara terus – menerus karena masyarakat cenderung berlomba untuk mendapatkan ouput tersebut akibat dari keluaran ouput yang tidak sebanding dengan uang yang akan dikonsumsikan.
Di samping terjadi pada masa perekonomian yang berkembang dengan pesat, Inflasi tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik secara terus – menerus. Dalam masa seperti ini pemerintah belanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk menutupi hal tersebut, pemerintah cenderung mencetak uang atau meminjam uang dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut menyebabkan pengeluaran agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut dalam menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini akan menyebabkan inflasi.
b)   Inflasi Desakan Biaya
Inflasi desakan biaya ini juga disebabkan karena masa perekonomian yang meningkat dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan – perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah dalam perekonomian yang meningkat dengan pesat, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gajih dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran yang lebih tinggi. Langkah ini menyebabkan biaya produksi meningkat yang akan menimbulkan kenaikan harga – harga berbagai barang.
c)    Inflasi Diimpor
Inflasi diimpor adalah inflasi yang akan wujud apabila barang – barang impor yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan – perusahaan mengalami kenaikan harga. Apabila barang - barang yang menjadi hal yang vital dalam proses produksi naik harganya maka akan menimbulkan kenaikan akan biaya produksi. Berkenaan dengan itu perusahaan biasanya membuat keputusan untuk mempertahankan perolehan laba dengan cara menaikan harga – harga barang yang diproduksikannya.
2)      Berdasarkan kepada tingkat kelajuan kenaikan harga – harga yang berlaku, inflasi dapat dibedakan menjadi tiga golongan :
a)      Inflasi Merayap
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga yang jalannya lambat. Yang digolongkan inflasi ini adalah kenaikan harga – harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen dalam setahun.
b)      Inflasi Sederhana (Moderat)
Inflasi sederhana adalah infalsi yang tingkat kenaikan harga – harganya antara 5 hingga 10 persen per tahun.
c)      Hiperinflasi
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga – harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau tiga kali lipat dalam masa yang singkat.  Hiperinflasi sering berlaku dalam perekonomian yang sedang menghadapi perang atau kekacauan politik di dalam negeri. Dalam masa seperti ini pemerintah belanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk menutupi hal tersebut, pemerintah cenderung mencetak uang atau meminjam uang dari bank sentral. Pembelanjaan pemerintah yang berlebihan tersebut akan mempercepat pertambahan pengeluaran agregat. pada umumnya perusahaan tidak mampu menghadapi pertambahan pengeluaran yang berlebihan dan sebagai akibatnya harga menjadi meningkat dengan cepat.
B.     Pengangguran
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja, lalu ingin mendapatkannya tetapi belum memperolehnya. Kemudian apabila seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan, tidak tergolong sebagai pengangguran. Yang tergolong pengangguran adalah hanya bagi mereka yang mencari pekerjaan secara aktif tetapi sukar memperolehnya, sehingga tidak bekerja. Mereka yang tidak bekerja karena tidak secara aktif mencari pekerjaan disebut sebagai pengangguran sukarela. Ibu rumah tangga dan anak orang kaya yang tidak mau bekerja karena harta orangtuanya tidak habis tujuh keturunan, sebagai contoh pengangguran sukarela.
a.       Jenis – Jenis Pengangguran
1)      Berdasarkan sebabnya :
a)      Pengangguran Normal atau Friksional
Pengangguran normal atau Friksional pengangguran sebanya dua atau tiga persen dari tenaga kerja. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh pekerjaan, tetapi karena sedang mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
b)      Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran adalah pengangguran yang disebabkan yang tidak selalu berkembang dengan teguh dimana ada kalanya pengeluaran agregat tinggi yang menyebabkan inflasi dan ada kalanya pengeluaran agregat rendah yang menyebabkan perusahaan – perusahaan menderita kerugian akibat barang dan jasa yang mereka hasilkan lebih banyak dibandingkan permintaan. Kemudian biasanya untuk menutupi kemunduran ini, perusahaan mengurangi tenaga kerja.
c)      Pengangguran Struktural
Pengangguran adalah pengangguran yang disebabkan karena perubahan struktur kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan karena tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemunduran ini disebabkan karena banyak faktor, salah satunya akibat biaya pengeluaran yang sangat tinggi dan tidak mampu bersaing. Maka dari itu untuk menghadapi itu semua, dilakukan perubahan struktur dimana ada sebagian tenaga kerja yang tidak dibutuhkan akibat perubahan ini.
d)     Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat pula ditimbulkan akibat penggantian tenaga manusia oleh mesin – mesin dan bahan kimia, alias adanya perpindahan pengalihan menggunakan teknologi dari biasanya menggunakan tenaga manusia. Hal ini disebabkan karena penggunaan tekonolgi dapat menguntungkan perusahaan karena terkesan lebih produktif dan biaya yang dikeluarkannya hanya satu kali untuk jangka waktu yang panjang. Lalu pengangguran seperti disebut sebagai pengangguran akibat teknologi.
2)      Berdasarkan ciri pengangguran yang berlaku :
a)      Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka  tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat terwujud sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan sesuatu industri.
b)      Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi wujud di sektor pertanian atau jasa.  Yang dikatakan pengangguran tersembunyi adalah kelebihan tenaga kerja yang tersedia dibandingkan dengan permintaan akan tenaga kerja tersebut. Contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar dan mengerjakan luas tanah yang kecil.
c)      Pengangguran Bermusim
Pengangguran ini biasanya terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada umumnya musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Sebaliknya pada musim kemarau, petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Disamping itu umumnya para petani tidak begitu aktif diantara waktu sesudah menanam dan menuai. Pengangguran seperti ini yang disebut dengan pengangguran bermusim.
d)     Setengah Menganggur
Yang dikatakan setengah menganggur adalah apabila pelaku ekonomi bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja yang mempunyai masa kerja seperti ini digolongkan sebagai setengah menganggur karena ada kalanya mereka bekerja dan ada kalanya mereka menganggur.
2.      Analisis tentang inflasi dan pengangguran di indonesia
4. Dampak inflasi terhadap pengangguran
Suatu negara yang berusaha menghentikan laju inflasi yang tinggi, berarti pada saat yang sama akan menciptakan pengangguran. Untuk melihat laju inflasi dengan tingkat pengangguran, dapat diperlihatkan dalam Kurva Philips:
1. Kurva philip adalah kurva yang menggambarkan hubungan negatif antara inflasi dan     pengangguran.

- semakin tinggi tingkat inflasi, maka tingkat pengangguran semakin rendah
- semakin rendah tingkat inflasi, maka tingkat pengangguran semakin tinggi
Beberapa hal yang berhubungan dengan inflasi:
1. DEFLASI, daya beli uang yang mengalami peningkatan, karena jumlah uang yang beredar relatif lebih sedikit dari jumlah barang dan jasa yang tersedia. Tujuan dari devaluasi adalah untuk      meningkatkan ekspor barang, neraca pembayaran menjadi surplus.
2. DEFRESIASI, penurunan nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
3. APRESIASI, kenaikan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
4. INFLASI TERBUKA, keadaan dimana harga-harga bergerak tak terkendali, serta terdapat kelebihan     permintaan terhadap barang.
5. SANERING, pemotongan nilai mata uang yang dilakukan oleh pemerintah.
6. REVALUASI, kebijakan pemerintah untuk menaikan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta     asing.
7. DEVALUASI, kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing dengan sengaja. Deflasi dapat di atasi dengan cara pemerintah menambah pembelanjaan, masyarakat menambah pengeluaran.
Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi peningkatan biaya produksi unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga produk tersebut.. Sebuah proses serupa akan diamati di seluruh perekonomian ketika pemerintah bermaksud untuk menciptakan pekerjaan. Harga produk atau jasa, di mana tenaga kerja terinstal, akan meningkat sehingga kenaikan tingkat inflasi akan terlihat melalui ekonomi luar.
Dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut di atas bahwa ketika pemerintah berniat untuk menurunkan menurunkan tingkat pengangguran yang harus menanggung kenaikan tingkat inflasi dalam perekonomian nasional.

strategi pembangunan indonesia


Strategi pembangunan ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan pemilihan atas faktor-faktor (variabel) yang akan dijadikan faktor/variabel utama yang menjadi penentu jalannya proses pertumbuhan (Suroso,1993).
Faktor Utama Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi :
·         Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.
·         Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
·         Kemajuan teknologi.

1.      Akumulasi Modal
Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku dalam rangka meningkatkan stok modal (capital stock) secara fisik memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa-masa mendatang.
Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi “infrastruktur” ekonomi dan sosial. Contoh: pembangunan jalan-jalan raya, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi, peningkatan kualitas SDM, dsb, yang kesemuanya itu mutlak dibutuhkan dalam rangka menunjang dan mengintegrasikan segenap aktivitas ekonomi produktif.
Contoh investasi yang dilakukan oleh seorang petani sayuran berupa pembelian sebuah traktor baru pasti dapat meningkatkan produksi sayurannya. Tetapi tanpa fasilitas transportasi (jalan dan/atau kendaraan) yang memadai guna mengangkut tambahan produksi tersebut ke pasaran, maka investasi sang petani tersebut tidak akan banyak menambah produksi pangan nasional
2.      Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar.
Positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan itu dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

3.      Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi terbagi diantaranya menjadi 5 macam, yaitu :
a) Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress)
b) Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving technological progress)
c) Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological progress)
d) Kemajuan teknologi yang meningkatkan pekerja (labor-augmenting technological progress)
STATEGI PENDEKATAN KEBUTUHAN POKOK
Sasaran dari strategi ini adalah menanggulangi kemiskinan secara massal. Strategi ini selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Indonesia Sedunia (ILO) pada tahun 1975, dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada pengganguran. Oleh karena itu sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok, dan sejenisnya.
Melalui peningkatan laju pertumbuhan itu orang percaya bahwa prinsip trickle down effect akan bekerja dengan baik sehingga tujuan pembangunan secara keseluruhan dapat dicapai. Namun karena tidaak bekerjanya trickle down effect, pemerataan pembangunan menjadi pincang, penganguran yang cukup besar khususnya di sektor tradisional.
Faktor yang mempengaruhi diberlakukannya strategi Pembangunan yang berorientasi pada penghapusan kemiskinan-kemiskinan pada dasarnya dilandasi keinginan, berdasarkan norma tertentu, bahwa kemiskinan harus secepat mungkin dibatasi. Sementara itu strategi-strategi pembangunan yang lain ternyata sangat sulit mempengaruhi atau memberikan manfaat secara langsung kepada golongan miskin ini.
Strategi pembangunan, seperti telah diuraikan, ternyata malah menimbulkan ketidakmerataan, ketimpangan antar daerah, dll. Kebijaksanaan penanaman modal yang cenderung hanya diarahkan kelokasi tertentu. Biasanya modal yang ditanamkan tersebut bersifat padat modal dan outputnya berorientasi ke pasar Internasional dan atau kelompok menengah ke atas di dalam negeri.
Dalam kebijaksanaan ini ternyata bekerjanya prinsip spread effect( bandingkan dengan prisip trickle down effect) lebih lemah dibandingkan dengan bekerjanya back-wash effect (Proses mengalirnya dana sumber daya dari daerah terbelakang (desa) ke daerah maju (kota) ), sehingga strategi penanaman modal itu mengakibatkan makin miskinnya daerah terbelakang, khususnya pemiskinan sumber dayanya.
Selain karena kebijaksanaan penanaman modal, ketimpangan antar daerah juga disebabkan karena potensi daerah yang berbeda-beda. Di daerah Kalimantan misalnya, potensi hutannya besar sekali dan itu tidak dimiliki Pulau Jawa. Riau memiliki sumber minyak bumi dan tidak dimiliki NTT. Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi diberlakukannya strategi pembangunan yang berorientasi pada pemerataan antar daerah adalah potensi anyar daerah yang berbeda, kebijaksanaan penanaman modal yang berat sebelah (urban bias: penanaman modal hanya di sektor yang sangat menguntungkan, biasanya di daerah perkotaan), dan karena adanya ketimpangan antar daerah.
Banloche  Pundation  di  Argantina  memperkenalkan  pendekatan  “kebutuhan  pokok” sebagai  salah  satu  alternative  pelaksanaaan  pembangunan.  Pendekatan  inI tumbuh karena  kebutuhan  akan  adanya  teori  pembangunan  yang  baru  yang  dapat  digunakan untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kesenjaan social pada Negara-negara dunia ketiga.  Dalam  pendekatan  ini  terdapat  proporsi  bahwa”  kebutuhan  pokok  tidak mungkin  dapat  dipenuhi  jika  mereka  masih  berada  dibawah  garis  kemiskinan  serta tidak  mempunyai  pekerjaan  untuk  mendapatkan  pendapatan  yang  lebih  baik”oleh karena itu, ada tiga sasaran berikut yang coba dikembangkan secara bersamaan.
a.  Membuka lapangan pekerjaan
b.  Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan 
c.  Memenuhi kebutuhan pokok masyarakat  
Setelah itu  konsep pendekatan  kebutuhan pokok  diperluas dengan  memasukan beberapa  unsure  kebutuhan  pokok  yang  bersifat  nonmaterial,  yang  bila  digabungkan  akan  bisa digunakan  sebagai  tolak  ukur  guna  melihat  kualitas  kehidupan  (quality  of  life)  dari kelompok  yang  berbeda  dari  bawah  garis  kemiskinan.  Sementara  itu,  sujadmiko menyarankan bahwa pendekatan ini harus diterapkan secara konfrehensif dan melibatkan masyarakat  di  pedesaan  dan  sector  informal  dengan  mengembangkan  potensi, kepercayaan  dan  kemampuan  masyarakat  itu  sendiri  untuk  mengorganisir  diri  serta membangun  sesuai  dengan  tujuan  yang  dikehendaki.  Hal  yang  menarik  dari  pendekatan ini  adalah  perhatiannya  terhadap  masyarakat  yang  berada  dibawah  kemiskinan  dan penghargaan terhadap gerakan mereka yang ada di bawah.
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pembangunan ekonomi adalah tujuan yang khendak dicapai. Apabila yang ingin dicapai adalah tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka faktor yang mempengaruhi digunakannya strategi tersebut adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, akumilasi kapital rendah, tingkat pendapatan pada kapital yang rendah, struktur ekonomi yang berat ke sektor tradisional yang juga kurang berkembang.